Thursday, April 05, 2012

The white Piano



Empat kaki menopang benda dengat tuts putih tersebut. Diselimuti cat yang warnanya bagai mutiara menghiasi pernikahan Martesa Putri dengan Mayor Aditya. "Tante tesa", itulah yang biasa di panggil oleh keponakan-keponakanya. Beliau mengadakan pesta pernikahan yang terbilang istimewa itu.

Di antara semua sajian yang diberikan , terlihat piano putih yang telah disebut di awal kalimat itu. Baby grand piano. Suaranya sungguh Indah, membuat semua sentuhan dan dentuman menggetarkan hati untuk menikmati semua lagu-lagu yang tersaji. Skysraper (Demi Lovato), itulah yang saya coba mainkan diiringi suara sepupu saya Larasati Nur Putri, bersama kedua temanya Anggie dan Mutiara Fena.

Di temani oleh teman saya Ana Yuliana yang lihai dalam gitar, hanya saja kali ini hanya piano saja yang beraksi. Lagu-lagu lain sempat kami coba, lagu yang berkait rommantic song seperti My Heart will go On (celinne dion) dan Bruno Mars.

Congratulation, itulah yang kami berusaha ungkapakan untuk tante kami MARTESA PUTRI dan paman kami ADITYA.
Terutama tante Tesa yang telah menjadi inspirasi bagi kami dalam menghadapi life challenge di perjalanan hidup. Semoga menjadi keluarga yang bahagia, sakinah dan sukses dunia akhirat. We all love you . Your Niece ,Annisa Dewanti Putri

Read more…

Perpustakaan Freedom : Minimalis dengan Koleksi Maksimal




Saat itu adalah hari pertama weekeend, tepatnya tanggal 29 Oktober 2011 waktu menunjukkan pukul 07.00. Bayangkan saja biasanya kalau hari pertama weekend adalah waktu dimana orang-orang melepas aktifitasnya, bersantai dan melakukan aktifitas kecil. Tetapi berbeda dengan kami prajurit-prajurit G. 305 Lembaga Kajian Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, yang mendapat kesempatan untuk melakukan kunjungan ke surga ilmu atau sebut saja perpustakaan.

Pukul 10.00 kami prajurit-prajurit LKM (Lembaga Kajian Mahasiswa) UNJ (Universitas Negeri Jakarta) mulai berdatangan di markas G.305 untuk melakukan misi spesial itu. Misi itu adalah kunjungan ke perpustakaan Freedom . “Perpustakaan Freedom Institute itu ada di daerah mana?” tanya desi. “Itu di daerah Menteng, sedikit lagi juga sampai. Hanya memakan waktu ± 20 menit.” Jawab Rianto selaku ketua Lembaga Kajian Mahasiswa.

Dengan waktu yang tidak lama, terlihatlah sebuah perpustakaan dengan design eksterior dan interior unik yang terletak di Jalan Proklamasi No. 41, Menteng, Jakarta Pusat. “Wah, benar-benar berbeda ya suasananya dari perpustakaan lain. Di sini desain dan fasilitasnya membuat kami seperti berada di negara maju.” Ujar Ade, salah satu rekan LKM kami.

Memasuki dalam gedung, kami juga disambut oleh petugas yang ramah-ramah. “Selamat datang di Freedom institute adik-adik , silahkan menikmati fasilitas yang ada.” Kata salah satu petugas. ”Sebelumnya adik-adik bisa titipkan tas terlebih dahulu, dan membuat kartu anggota bagi yang belum memiliki.” Dilanjutkan oleh petugas lain yang tidak kalah ramahnya. Memasuki wilayah perpustakaan ini sambil memandangi desain yang ada mengingatkan pengunjung pada perpustakaan modern bergaya internasional. Hal yang nampak pada desain adlaah seperti melihat gaya desain Le Corbusier yang menjadi dasar bagi modernisme arsitektur dengan gaya internasional.

Tas-tas dan barang lainnya terpapar rapih di tempat lemari penitipan barang. Bukan sembarang lemari penitipan barang, tetapi lemari dengan desain sederhana dilengkapi lapisan melamine sehingga menampilkan gaya modern furniture . Bukan hanya itu, terlihat juga pada rak, meja, sofa dan perangkat lainya menggunakan gaya minimalist furnishing. “Di sini memang perpustakaan yang digunakan untuk membaca , jadi tujuan ke sini bukan hanya pinjam buku, tetapi juga merasakan kenyamanan dan keindahan dari perpustakaan ini.” Ucap salah satu pengunjung yang nampaknya sering datang berkunjung.

Dengan koleksi sebanyak 12.000 judul buku yang ditata sesuai dengan rak dan kategori yang ada, perpustakaan ini akan terus terlihat memiliki nilai estetika yang tinggi. “Yang membuat tempat ini berbeda adalah pada tata ruangnya yang rapih.” Ujar Risky. Tata ruang untuk rak dan buku disini sungguh berpengaruh juga pada desain interior dalam perpustakaan ini. Pengaturan komposisi ketinggian perangkat-perangkat yang ada terlihat sudah pas sehingga tidak mengganggu desain interior utama .

Selanjutnya kami berpencar ke setiap area perpustakaan, menikmati pemandangan-pemandangan ilmu. Sampai saatnya kami beranjak keluar dan menikmati desain lanskap dari freedom institut . Taman dengan pendopo bergaya semi tradisional ,tetapi tidak merusak bagian kemoderenan perpustkaan ini membuat pengunjung tetap nyaman meski berada di luar perpustakaan. “Bukan hanya dalamnya saja yang bagus, ternyata luarnya juga menyenangkan untuk dimanfaatkan.” Kata Thyna Rosiana yang sempat mengambil beberapa gambar bagian lanskap perpustakaan tersebut.

Dari semua hal yang dibicarakan diatas, bisa dilihat kalau suatu desain dan nilai estetika dalam hal bangunan bisa berpengaruh pada setiap aspek-aspek manusia yang berkaitan. Orang akan mengabaikan desain yang mengabaikan aspek manusia. , Seperti yang dikatakan oleh Frank Chimero (arsitek asal Prancis) . Hal ini berarti bahwa suatu desain yang tidak diperhatikan tidak akan menjadi daya tarik untuk mendukung aspek lainya.

Read more…

Bermain dan Belajar kritis



Lembaga Kajian Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Tempat dimana aku belajar sambil bermain dan bermain sambil belaja. Bersama teman-teman angkatan 2011 yang disebut sebagai Eros, kemudian bersama kakak-kakak senior yang disebut angkatan Dreamworker, Brain dan Plato, kami disini mengukir otak dengan senthan filsafat dan pemikiran kritis dengan goresan intelektualitas. Sebuah tempat dimana kita bisa bertemu dengan arete.

Read more…