Wednesday, September 12, 2012

Konspirasi , antara Dugaan dan Kebenaran



Oleh : Annisa Dewanti Putri (Teknik Sipil UNJ 2011)
Pernahkah terbayang kota Chernobyl  yang telah menjadi kota mati di Ukraina utara. Kota yang ditinggalkan penghuninya karena ledakan nuklir  sejak tahun 1986. Bertahun-tahun banyak orang yang bertanya-tanya sebab terjadinya. Tertera dua teori yang memungkinkan, apakah karena human error yang terjadi akibat uji coba perang dingin atau karena serangan udara Amerika.  
Sejumlah keraguan ini membuahkan teori-teori baru yang bisa berupa konspirasi atau sebagian orang menyebutnya dengan teori persekongkolan atau teori membingungkan. Membingungkan karena banyak kemungkinan-kemungkinan yag bisa terjadi dalam suatu masalah atau kejadian. Sebuah kebingungan antara percaya atau bersifat skeptis.
Berbicara soal konspirasi, menurut Jamie King, seorang penulis buku mengenai hal ini, keyakinan akan teori konspirasi adalah sebuah keyakinan yang menegaskan bahwa berbagai peristiwa di dunia tengah digerakkan secara rahasia oleh sekelompok dalang dibalik layar yang sangat kuat. Gerakan-gerakan seperti yang sebagian orang menyebutnya sebagai New world Order, propaganda Disinformation CIA, Depopulation Program (Program pengurangan populasi penduduk dunia) dan lainya. Semua hal tersebut masih berupa dugaan, namun tidak menutup kemungkinan kalau beberapa teori konspirasi sudah di uji kebenaranya dan sudah beralih menjadi fakta.
Secara sederhana, teori konspirasi bisa diibaratkan sebagai isu atau gosip, yang mana seseorang  tidak perlu mempercayainya, namun bisa meningkatkan tingkat kewaspadaan.  Contohnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ketika di kampus  hendak menghadapi ujian berupa essay, seorang teman mendapatkan isu. Isu itu mengatakan bahwa dalam menjawab soal Bapak X agar mendapat nilai A perlu menambahkan gambar sederhana pada salah satu jawaban. Informasi/isu dari orang ini bisa saja benar, namun belum tentu. Bisa saja Bapak X memberikan nilai A karena jawaban kata-kata yang memang tepat. Semua ini tentu bisa dibuktikan.
Buku berjudul “Codex” karya Rizky Ridyasmara juga banyak memaparkan teori konspirasi. Beberapa diantaranya memaparkan tentang hal-hal yang berbahaya yang terkandung dalam makanan cepat saji. Hal ini bisa meningkatkan tingkat kewaspadaan manusia, namun terlalu percaya dan berlebihan juga bisa menimbulkan paranoia[1].
Konspirasi, Skeptis atau percaya?
            Teori Konspirasi sudah banyak tersebar di dunia. Media sangatlah berpengaruh besar dalam penyebaran teori konspirasi. Hal-hal yang menjadi dugaan sementara, atau cerita dari seorang saksi yang di siarkan atau di publikasikan melalui media membuahkan banyak konspirasi.  Entah itu benar atau salah, namun hal tersebut bisa dibuktikan dengan berbagai cara.
Para konspirator yang sengaja menyebar konspirasi-konspirasi buruk juga mempengaruhi cepatnya konspirasi itu terdengar di telinga orang-orang. Konspirator-konspirator ini bisa menjadi orang yang sengaja menciptakan teori belaka dengan motif  politik, ekonomi, atau pribadi. Terkadang, ketika masyarakat tidak puas menerima kenyataan yang ada, mereka cenderung mencari alasan lain akan suatu kejadian tersebut. 
Selain itu penyebar juga bisa merupakan orang yang terlalu percaya terhadap konspirasi. Sehingga mereka mempengaruhi orang lain untuk percaya dan ikut menyebarkan dalam misi menguak kebenaran. Padahal, belum ada fakta dan penelitian yang mendukung hal tersebut. Orang-orang skeptis tentu tidak akan dengan mudah menerima teori-teori yang ada, karena kebenaran yang pasti adalah yang diverifikasi terlebih dahulu.
“Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu,” itulah yang dikatakan Jujun Suriasumantri. Hal yang meragukan, banyak memancing manusia untuk mengadakan penelitian mencari tahu lebih lanjut terkait hal tersebut. Pembuktian akan kebenaran memang diperlukan agar tidak timbul keraguan. Keraguan yang bisa membuat kita percaya atau waspada.



[1] Paranoia adalah proses pikiran yang terganggu yang cirinya adalah berupa kecemasan atau ketakutan yang berlebihan

Read more…