Tuesday, January 28, 2014

Zombie? Ada apa ini? (Cerpen)


Oleh : Annisa Dewanti Putri

Tinggal bersama dua orang teman memang menyenangkan. Tak ada rasanya hal yang bisa membuat suasana bosan seperti yang biasa terjadi pada orang yang tinggal di rumah sendiri.

Aku adalah Zena yang tinggal bersama dua teman yang dahulunya merupakan teman semasa kuliahnya. Kori dan Reyna. Namun saat itu hari pertama Kori ke luar kota untuk dinas selama dua bulan. Tersisa Reyna. Tempat itu semakin sepi, di keesokan harinya disaat air membasahi bumi, Reyna tidak tinggal di rumah bersamaku. Ada sebuah penelitian yang tengah dilakukan Reyna mengenai microbiology dan Farmacology, tepatnya di kota hujan (Bogor) .

Hal seperti diatas memang biasa dialami semua orang. Tetapi, saat itu berbeda, beberapa orang terlihat sering melamun dengan hamparan mata kosong. Seolah-olah sang pencabut nyawa berada di depan mereka.

Saat itu Rumah yang terletak di jalan Menteng Utara memang tidak secerah biasanya….

Hujan perlahan mengguyur membasahi bumi. Memang nampak sedikit aneh. Perasaanku sedikit tak nyaman. Tak lama kemudian hujan berhenti. Membuatku sedikit lega akan perasaanku yang tergetar itu. Tepat pukul 22.00 WIB aku tertidur lelap. Rumahku yang sunyi menyebabkanku lelap tertidur tanpa mimpi. “Aaaa!!! .Prang…. “ , itulah yang terdengar dalam tidurku. Nampak banyak keributan yang terjadi. Hal tersebut membuatku terbangun, ada apa ini?

Bayanganku sekilas bahwa ada maling yang sedang dipukuli oleh pemuda sekitar rumah. Aku keluar untuk melihat yang sedang terjadi. Di depan halaman rumah berpagar aku berdiri. Yang terlihat adalah seorang wanita penuh dengan darah dan gigitan. Dengan segera aku periksa denyut nadinya. “Innalillahi”, nadinya masih berdetak namun nampak jantungnya semakin melemah.

Mencari bantuan itulah yang harus aku lakukan, namun di balik telepon umum aku mendengar suara raungan manusia. “Arrgh….hegh..argh… “. Hal yang membuatku terkejut adalah itu benar manusia namun dengan luka disekujur tubuhnya, darah di matanya dan pakaian yang sobek-sobek. Sedikit ku mengenali wajahnya, itu seperti satpam komplek rumahku.

Dia menghampiriku dengan tergesa-gesa ibarat serigala yang menemukan mangsa. “Pak ada apa dengan bapak, apa yang terjadi?”, tanyaku. Dia menjawab dengan raungan menyeramkan sehingga membuatku sedikit menjauh hingga akhirnya aku masuk ke rumah dan mengunci pagar rumah.

Terlihat bahwa Pak Satpam tidak jadi mengejarku. Namun yang lebih memilukan iya mencabik-cabik dan memakan tubuh wanita yang tadinya hendak aku ingin selamatkan. Ada apa ini? Kenapa jadi ada kejadian canibalisme seperti ini? Kemana orang-orang pergi?  Tanpa berpikir panjang aku langsung mengambil Handphoneku dan menghubungi 112. Dua kali panggilan tak ada yang menjawab. Hingga aku mencoba sebanyak 12 kali dan membuatku menjadi jenuh untuk mencobanya lagi. Sampai aku sejenak berpikir.

Apakah ini aksi canibalisme? Seperti yang terpintas pada kasus Rian Sang Penjagal itu. Manusia yang terlihat normal namun memiliki hati yang bengis sehingga tega berbuat seperti itu. Tetapi ini berbeda, sang pelaku juga terlihat terluka.

Aku merasa takut, terlintas di pikiranku soal cerita dalam film yang Kori suka tonton. Dawn of Dead. Cerita tentang serangan Zombie (Zombie Apocylypse) yang menyerang Amerika. Zombie adalah manusia yang terkena penyakit/virus sehingga membuat manusia dalam keadaan "seperti mati" akibat dosis tetrodotoksin. Tidak mungkin, itu hanya cerita non fiksi ilmiah. Lagipula asal cerita itu adalah dari Voodoo di Haiti , artinya jauh sekali kemungkinan.
Gambar : www.my-walls.org

Untuk mencari tahu aku secepatnya membuka internet, aku melihat headline setiap website berita membahas tentang serangan manusia yang terinfeksi virus zombitinus. Penyebaran yang mulai terjadi pukul 22.00 WIB , satu jam setelah aku terlelap tidur. Semua penduduk yang belum terinfeksi dihimbau untuk tidak keluar dari rumah dan mengunci pintu rapat-rapat.

Sekarang, karena keadaan cukup mencemaskan, terpaksa aku harus membuat sebuah alat untuk melindungi diriku. Sebuah besi rongsokan sepanjang 70 cm mungkin cukup kuat untuk melindungi diri dari macam bahaya yang terjadi tadi.  Ya, memang aku tidak bisa seperti gatot kaca sang pahlawan yang menyelamatkan manusia lain. Pelarian itu terjadi secara spontan. Mungkin naluri survival ku yang muncul saat itu. Niatku adalah jangan sampai aksi canibalisme itu  terjadi padaku.

Sebenarnya, perasaan bingung masih menyelimuti diri . Ada apa ini? Tiba-tiba, Suara raungan manusia dengan kemeja hijau itu terdengar di garasi.  Ya ampun, aku lupa menutup sisi bagian kiri pagar rumahku yang biasanya terbuka. Mungkin disitulah dia berhasil masuk ke rumahku ini. Pingsan, itulah yang hendak tubuh ini lakukan. Namun, hati dan otakku terus meyakinkan untuk tetap kuat dan melindungi diri.
“Aaaarghh….Aar…”, manusia liar itu sambil terpincang-pincang berlari menghampiriku. Sambil menutup mata, ku ayuhkan besi yang kusebut senjata itu. Ayunan itu mengenai kepala manusia yang mungkin kusebut zombie itu. Dia terjatuh namun tetap nafsu untuk mendekatiku. Secara spontan aku lempar dengan palu di sebelahku.

Astaga, apakah aku telah membunuhnya?? Apakah itu manusia atau monster yang aku bunuh?
Tiba-tiba seorang anak kecil dari luar menghampiriku. Ya ampun, lagi-lagi aku lupa menutup pintu samping itu. Siap-siap dengan samurai tumpul aku mulai beraksi lagi, namun yang kudengar dari anak itu bukanlah suara raungan binatang buas. “Kakak, Kakak, tolong aku..”, sambil menangis dia menghampiriku.

Mendengar tangisan kecil itu, aku melepaskan besi di tanganku itu dan menghampiri anak itu. “Ada apa denganmu? Dimana orang tuamu sekarang dik?”,tanyaku dengan lembut. “Tadi ibuku membunuh ayahku secara tiba-tiba. Dia kelihatan lapar sehingga kaki ayahku dimakan. Karena takut, aku langsung ke kamar mengurung diri.”, kata anak itu sambil bercerita.

“Sekarang dimana ayahmu?”, tanyaku lagi. “Dia menuju rumah kakak , tadi aku keluar kamar mengikutinya sambil mengumpat-ngmpat dari belakang. Dan dia terakhir kulihat menuju rumah kakak.”, jawabnya. Shock , itulah yang terjadi pada hati kecil ini. Jangan-jangan hubunganya dengan kejadian tadi. Ya, Anak itu menoleh ke belakangku dan melotot melihat manusia dengan kemeja hijau yang merupakan ayahnya.

Aku sungguh merasa bersalah. Aku peluk anak itu agar ia tak merasa takut lagi. Namun, nampaknya tanganya sedikit terluka. Aku langsung obati dan beranjak mencari bantuan lagi bersama anak itu. Dengan perlatan dan persediaan yang serba minim kujelajahi fajar yang telah menyingsih itu. Aku jelaskan alasan mengapa ayahnya tiba-tiba mati mengenaskan begitu. Sedikit berbohong itulah yang kulakukan demi menjaga ketenangan hati kecil itu.


Bersambung....

Read more…

Meet and Greet : Sukses dengan Mastermind


(Sebuah Tulisan Review Buku Meet and Grow Rich)
Oleh : Annisa Dewanti Putri

Picture Source : www.freepik.com
Mungkin, jarang sekali orang yang sudah pernah mendengar nama Bill Hibbler . Dia memang tidak seterkenal Bill Gates sang maestro microsoft atau Mark Zuckerberg si Juragan Facebook, namun  kisah leadership dan enterpreneurshipnya patut di ancungi jempol. Sekarang ini Bill Hibbler merupakan pemilik Gigtime Media, perusahaan pemasaran internet. Dia juga merupakan pendiri dan direktur www.MeetandGrowRich.com ; salah seorang pengarang buku e-books terlaris; penerbit newsletter online untuk praktisi pemasaran.

 Semua hal di atas berkaitan dengan kelompok mastermind yang terus dikembangkanya. Kelompok mastermind yang merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih pikiran yang secara aktif bekerja bersama dengan keselarasan menuju ke suatu tujuan bersama yang jelas. Dengan Mastermind Bill telah banyak berkumpul dengan banyak kelompok tersebut dan melakukan proses braintsorming dalam hal pemecahan masalah bisnis dan kehidupanya.

 Banyak cerita menantang yang Bill temukan dalam proses pengembangan kelompok mastermind ini. Apalagi ditambah saat dia menjadi road manager untuk beberapa band dan kelompok musisi terkenal dunia. Pertentangan sering terjadi dalam hal komitmen terhadap musik atau grup, dari sini Bill memutuskan untuk bergabung dalam kelompok mastermind. Permasalahan sederhana juga muncul disaat Pat O’Bryan (rekan kerja Bill yang merupakan mananjer musik) kesulitan dalam memutuskan pilihan nya untuk memindahkan studio record nya di lokasi yang tepat. Dari kelompok mastermind Houstan yang dibentuk oleh Pat dan Bill, akhirnya Pat mendapatkan keputusan yang tepat dalam hal pemindahan studionya ke Wimberley dan meraih banyak keuntungan dalam hal bisnis.

Memang, menurut Bill Hibbler, kelompok mastermind ini tidak sepenuhnya dapat memberikan kita kenyamanan dalam hal solusi permasalahan. Betapa tidak, kelompok mastermind Austin yang pernah didirikan oleh Bill tidak pernah benar-benar menyatu dan kehadiran anggotanya tidak pernah konsisten. Masalah lain nya adalah lokasi pertemuan. Mereka bertemu di kedai-kedai kopi. Kurangnya kepercayaan dan privasi menyebabkan sering adanya gangguan-gangguan. Ada yang datang terlambat, memberikan interupsi, ada yang tiba-tiba saling bersalaman, kemudian mereka lebih banyak memesan kopi dan menikmatinya,dibandingkan fokus dalam hal diskusi ini. Pada akhirnya kelompok mastermind seperti inilah yang ditinggalkan Bill Hibbler.

Ada di saat Bill Hibbler bergabung dengan kelompok mastermind yang personil nya berasal dari beragam profesi. Hal itu sangat menarik, karena ide yang tercetus merupakan penggabungan ide dari beberapa aspek yang berbeda. Saat itu ada seorang peternak yang  memberikan suatu jawaban tepat untuk seorang enterpreneur yang hendak merencakan bisnis internetnya. Ternyata di sini, seorang yang mungkin berbeda jauh dari rekan nya bisa memberikan suatu solusi pas dibandingkan dengan seorang rekan kerja yang mungkin selalu bersama kita.

Untuk kelompok mastemind, Bill Hibbler dalam bukunya yang berjudul “Meet and Grow Rich”, menceritakan variasi kepribadian yang akan muncul dalam mastermind dan proses brainstorming tersebut. Kepribadian ini terdiri dari seorang Reformer, yaitu orang yang lebih memfokuskan untuk melakukan semuanya dengan benar. Kemudian ada yang disebut Helper, yaitu kepribadian yang cenderung ingin terus membantu orang lain. Motivator, disini akan terlihat kepribadian semangat yang selalu diberikan untuk orang lain. Ada lagi Romantic, Thinker, Skeptic, Ethusiast, Leader dan Peacemaker. Tentunya semua kepribadian ini perlu terus diwaspadai agar bisa mendukung jalanya mastermind.

Untuk kelompok mastermind Bill sekarang terdiri dari 7 orang Internet Marketer, yang termasuk pengarang best-seller Joe Vitale dan Cindy Cashman (Everything Men Know About Women, You’re Fired : 17 Things You Can Do to Help Speed Up the Process). Dalam kurun 18 bulan terakhir, anggota-anggota kelompok ini telah menyaksikan penghasilan mereka melesat dan memuji kelompok ini sebagai faktor besar dalam kesuksesan mereka. Sungguh terlihat jelas bahwa Bill Hibbler menggunakan kelompok mastermindnya secara optimal hingga dia bisa menjadi seorang enterpreneur yang sukses samapai saat ini.  Kita pun bisa mennirunya dengan terus melakukan diskusi positif sesuai dengan bidang yang diinginkan. Dengan memulai dalam hal kecil dan terus melakukan brainstorming bersama, maka sebuah kelompok mastermind kita bisa menjadi wadah pemecahan masalah kita.

NB : Tulisan ini tidak beraturan, namun ini adalah tulisan pertama penulis di awal masa kuliahnya. 

Read more…