Sunday, April 19, 2015

Rindu yang Tak Pernah Bertemu

Rindu.
Suatu saat rindu muncul tanpa sebab. Ia membayangkannya, tak pernah bertemu tapi demi menghapus rindu. Imaji hanyalah obat rindu baginya. Sementara Dia terlalu lelah berimajinasi, hingga tak pernah menyerah merangkai kata. Puisi menjadi penawar bagi luka rindunya.

Tanpa mengenal sosok itu, Seolah setiap bagian dirinya selalu terbayangkan. Tak terkecuali sebuah goresan kecil di tangannya. Padahal Ia Tak pernah ia melihat goresan kecil itu. Hanya bayang dan imaji belaka yang menuntutnya melihat itu. Tak terkecuali mata berbinar yang dimiliki si 'dia.' Selalu menyorot tajam tak membekas.

Ia dan dia memang tak pernah bertemu. Tapi ia kenal betul siapa dia disana. Penampakan itu tak pernah hilang, seolah nyata setiap kala ia merindukannya. Ia selalu memikirkan dan membayangkan dia yang dirindu.
Sementara Dia menulis puisi untuknya:

Kepada Rindu, 
Rindu yang selalu menjadi jembatan,
juga terowongan antara ia dan dia.

Tanpa rindu, jumpa tak pernah hadir.
Hanyalah mitos dan impian belaka.
Jumpa dan waktu yang terus bergulir,

Kepada Rindu Ia bertemu,
untuk Rindu Dia merasa pilu,
memikirkan sebuah hati yang tak pernah satu.
Jiwapun juga begitu.
Itulah Rindu yang Tak pernah bertemu.

Tertanda rindu,
Ia dan Dia

Itulah Rindu yang Tak Pernah Berjumpa, namun selama raga tetap ada. Biarkan Ia dan Dia berimaji, menulis puisi hingga bertemu Rindu yang tak pernah bertemu.

Jakarta, 19 April 2015

Read more…