Monday, July 31, 2017

Kisah Duo Junior Sketcher

Live Sketch oleh Nindi, Olife, dan Nindi dan Olife saat di KBRI.
Nindi dan Olife. Dua Junior sketcher yang kutemui di Ibukota Negeri Tirai Bambu. Awal kujumpa mereka di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Saat itu kondisi Buka Puasa bersama memang sedang menyedihkan dikarenakan Almarhumah Bapak Tri, seorang mahasiswa doktoral, dosen luar biasa, seorang ayah dari Nindi dan Olife terbaring kritis di rumah sakit. Disini, hatiku begitu tersentil, belajar banyak hal terkait keikhlasan dari duo Junior sketcher ku ini. Bagiku mereka adalah keluarga kecilku juga. Mari kuperenalkan.

Olife, sang Junior sketcher yang senang menggambar sambil bercerita.
Goresannya sungguh cepat. Menghasilkan beberapa tokoh kartun penuh keunikan di setiap gambarnya. Keunikannya bercerita sambil menggambar membuahkan banyak cergam (cerita bergambar). Mendengarnya bercerita sambil menggambar menjadi setiap gambarnya hidup. Iniliah keunikan dirinya. Kisah favoritku darinya berjudul 'Mesin rajut rakasasa.' Ceritanya sungguh unik, ia melibatkan banyak adik kakak dalam kisahnya untuk membangun sebuah mesin rajut raksasa. Semua untuk menghasilkan baju-baju dalam jumlah banyak. Dari cerita bergambarnya, aku bisa simpulkan bahwa Junior sketcher Olife begitu menghargai arti pentingnya sebuah persaudaraan.
Olife.

Nindi. Nindita nama panjangnya. Sang kakak yang begitu menyayangi adiknya, Olife sang penutur. Suatu kala, Nindi sempat berhenti menggambar karena ingin menjaga perasaan adik kecilnya yang sedang giat-giatnya menghasilkan gambar. Bagi sang Junior sketcher yang satu ini, adiknya bisa lebih unggul darinya. Ia ingin adiknya maju, sementara ia mengalah. Tapi tak apa Nindi, semua ini bukanlah perlombaan. Berkarya adalah bagian daripada tugas manusia untuk bisa terus lebih baik lagi. Hal yang paling aku ingat saat itu, ia berusaha menyemangati dirinya kembali dengan cara menggambar saat terasa sedih harus ditinggal ayahnya. Jika boleh jujur, Semua goresan nya begitu hidup, ia seorang junior live sketcher sejati untuk seorang di usia dia. Akupun tak pernah bisa membayangkan diriku saat masih polos di umurnya. Nindi merupakan sosok  yang sangat cerdas dan dewasa. Dirinya menjadi kuat layaknya gambarnya yang begitu pekat menggambarkan cerita.
Nindita.

Kedua sosok ini, bagiku mereka adalah guru sketsa yang sungguh menyentil lembaran hati dan hariku.
Setelah kepulangan ayahnya tercinta ke rahmatullah,
kedua sosok itu selalu berusaha kokoh,
layaknya pensil 8B yang tetap tebal meski sudah dihapus berkali kali.

Suatu kala aku sadar, bahwa semua orang tak peduli 5w+1h pun mereka,
sosok disekitar bisa selalu jadi guru yang begitu menyentil.

Menyoal tali persaudaraan, mereka saling menyayangi, mengajariku betapa pentingnya kasih adik kakak dan keluarga baik sedarah maupun tidak.
Menyoal waktu dan ruang, mereka berusaha menyentilku bahwa bersyukur soal keberadaan dan pentingnya momen menjadi bagian dari senyuman ketulusan.
Menyoal senyuman, cara terbaik mengatakan kepada dunia bahwa semua akan baik-baik saja karena kita tidak sendiri selama masih ada Allah disamping kita.
Menyoal keihklasan, segalanya bisa saja terjadi dan mereka telah menjadi pensil kecil yang siap menoreh garisan di setiap lembaran baru yang ada, mengihklaskan lembaran coretan lama yang telah berwarna untuk kembali mewarnai lembaran yang ada.

Kepada dua Junior sketcher ku tercinta,
Insya Allah, goresanmu akan selalu ku perhatikan,
 sedetail lekukan yang kau tuangkan,
sampai kala ia semakin berwarna ataupun kusam seiring waktu yang tak pernah lekang.

Best hug and regards,
Kakak dewan dalam pelukan doa.

Sketchers Masa Depan

Read more…