Sumber Gambar: Goodreads.com |
Penulis : Darwis Tere Liye
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 433 halaman
Negeri ini begitu indah jika dilihat secara permukaan. Betapa tidak, hamparan lahan hijau luas, dikelilingi sumber daya alam tak hingga, negeri seribu pulau dengan beraneka macam budaya dan ragam masyarakat. Semua kompleksitas membaur jadi satu, itulah yang terlukis dalam kanvas kecil di negeri ini.
Namun, semua itu akan berubah ketika kita dibawa oleh Thomas, tokoh petarung tangguh yang akan mengajak pembaca mengikuti semua permainan para pelukis kanvas itu. Para pengendali dan penata negeri ini, permainanan para pebisnis, pejabat, oknum, dan pihak lain yang menjadikan negeri ini menjadi Negeri Para Bedebah.
Tere Liye menjadikan tokoh Thomas mendalami perannya sebagai seorang konsultan Profesional yang secara tidak langsung dituntut untuk ikut menyelamatkan perusahaan milik keluarganya. Bank Semesta, bank ini dalam waktu beberapa hari dalam kisah akan mengalami Pailit. Tenggelam dalam masa lalu Thomas sebagai Tommi yang sejak kecil di tinggal kedua orang tuanya karena kebakaran, sosok Thomas kembali tak ingin kehilangan anggota keluarganya yang lain akibat perusahaan milik pamannya, Om Liem.
Perusahaan tersebut terancam tutup, Om Liem sebagai satu-satunya paman Thomas terancam di penjara, sementara uang nasabah di bank terancam melayang. Sebagai seorang konsultan keuangan ternama dan sebagai salah seorang keluarga, Thomas tak ambil diam. Ia berusaha menyelamatkan bank tersebut dengan diburu oleh waktu sebelum hari senin, ketika semua kantor buka. Senin, baginya pembuka hari dimana chaos akan terjadi dan dampak sistematis dari ditutupnya bank tersebut akan berimbas pada hal lain.
Dari perjalanan Thomas melawan waktu untuk mencegah tutupnya Bank Semesta, segala tindakan dan kengerian dari sisi hukum, ekonomi, dan politik di Negeri Para Bedebah ini tergambarkan secara aksi mulai dari penjara, imigrasi, polisi, hingga ke pejabat dan penjahat kelas kakap sekalipun.
Buku ini memang membawa kita pada kasus suap menyuap yang kerap kali mungkin terjadi di Negara kita. Kewaspadaan akan efek domino yang seharusnya disadari setiap manusia yang berani melakukan tindakan dalam ranah tertentu coba di ungkapkan secara tersirat oleh penokohan disini.
Tere Liye mencoba menggabungkan benang merah dan kedekatan antar tokoh yang serius melalui hobi. Klub petarung. Dari sini, Tere Liye mencoba untuk mengangkat sisi postitif Thomas sebagai seorang Petarung sejati yang tidak berkhianat. Begitupula kestiakawanan dan bantuan teman-temannya dengan latar belakang profesi yang berbeda, telah ikut mengambil bagian dalam garis kisah Thomas selain di ring tinju.
Sebanyak 48 episode, buku ini sebagian besar menampilkan alur maju. Meski, untuk sebagian episode menapak tilas kisah kehidupan Tommi (Thomas kecil) yang nantinya akan mempengaruhi segala keputusannya dalam penyelesaian masalah. Klimaks banyak terjadi disetiap pengejaran dan penyergapan, sehingga pembaca selalu dibuat penasaran akan apa yang dilakukan Thomas dan orang kepercayaannya selanjutnya.
Bagi penikmat novel berat berkasus, buku ini akan seru dibaca karena penuh dengan aksi dan pertimbangan penting dari setiap keputusan yang dilakukan tokoh. Untuk gaya bahasa, penekanan terhadap istilah dalam ilmu ekonomi sangat dipaparkan dalam setiap dasar tindakanya. Hal ini memang diperlukan karena kisah berkaitan erat dengan Ekonomi dan Keuangan.
Beratnya istilah keilmuan di bidang ekonomi dan keuangan, mungkin akan membuat pembaca dengan latar belakang berbeda sedikit bingung. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk dibaca secara santai karena Tere Liye telah dengan baik mengolah kalimat langsung dalam novel seolah seperti aslinya, tidak terlalu kaku. Seolah kita menyelam dan berada di dalam Negeri Para Bedebah, padahal nyatanya kita sudah tenggelam jauh di dalamnya.
Wah, Tere Liye lagi hehehe aku ndak gitu suka cara nulisnya, sih :(
ReplyDeleteWahahaha knp tiw sm si tere menurutmu? Gegara frontal ya hahaha apa gegara status nya yg bikin gatel hoho
Deleteini buku pertama gue yang habis gue baca beneran hahaha...
ReplyDeleteGila lu bang kebetulan bang haha. Ga lama negeri di ujung tanduk ya wkkwkw
Delete