Thursday, June 15, 2017

Antara Ketertarikan dan Tantangan Penelitian


Ancient Building. Yonghe Lamasery, Penulis, 2017
Jadilah bulan Juni 2017. Detik-detik akhir menuju semester baru. Mahasiswa di Jiaoda memang sepatutnya memiliki dosen pembimbing untuk penelitiannya kelak baik untuk skripsi (Undergraduate), thesis (Master) maupun disertasi (Doktoral). Departemenku memang baru memperbolehkan kami memilih profesor di akhir tahun ajaran. Alasannya adalah agar kami bisa fokus pada kelas di Semester 1 dan 2.

Lengkaplah cerita, di Research Plan dan rencana studi, jelas terangku sampaikan bahwa  penelitian dan keteratrikanku adalah ke arah Green Building & Construction. Semua ini mencakup pembangunan berkelanjutan dan arti penting antara kosntruksi dan lingkungan sekitar.

Namun, ada sedikit kendala. Si kampus yang notabennya didominasi oleh bidang transportasi, yang dari namanya saja  Jiaotong,  artinya transportasi, menjadikan aku sedikit terkendala mencari advisor sesuai peminatanku.

Ceritanya aku dioper dan direkomendasikan untuk mengambil bidang riset perihal Urban Rail Transit. Jatuhnya aku akan mendalami ilmu perkeretaapian lebih jauh. Sungguh mengejutkan, ini bukanlah yang kuminati sejak awal. Memang itu bagian dari ranah teknik sipil. Tapi apalah daya, aku begitu ngilu mendengar harus belajar kereta-keretaan. Meski memang singkat cerita di semester ini aku kedapatan mata kuliah Track Engineering. Karenanya, saat itu memang aku berusaha coba mengusahakan yang kurencanakan, namun kalau ga berhasil, maka akan kupasrahakna apapun keputusan nya, aku yakin itulah yang terbaik yang Allah berikan.

Belum lagi, profesor mata kuliah track engineering merekomendasikan beberapa dari kami yang memiliki negara dengan potensi berkembangnya jalur kereta baik inter maupun intra kota. Baginya perkembangan metroline akan menjadi hal yang diinginkan negara yang saat ini sedang berkembang di daratan. Beberapa guru dari kantor internasional juga mengingatkanku dengan wawancara yang kulakukan di awal semester yang memaksaku mengangkat bicara soal perkembangan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Sedikit cerita, semua dialog sebenarnya adalah permintaan kampus belaka mengingat saat itu wawancara dengan stasiun tv nasional CCTV sedang meliput ulang tahun kampus kereta ke 120. Logonya saja sudah kereta, aku dan Billy, sebagai mahasiswa indonesia mewakili isu topik kereta cepat (Gao Tie) tersebut. Intinya mereka ingin bekerjasama dan mengembangkan perihal ini. Dan mulai dari sini, semakin mantap dan pasrah hati ini untuk dibelokkan ke bidang transportasi, terkhusus ilmu perkereta apian.

Tak Ada yang Sempurna

Kepala prodi kami yang merangkap sebagai dosen Tunnel Engineering kerap kali mengadakan pertemuan singkat setiap minggu untuk membimbing perihal advisor masa depan kami, Hal ini  dengan dalih katanya agar kami menemukan profesor dengan penelitian yang sesuai dengan peminatan kami tentunya profesor yang bahasa inggrisnya mumpuni. Hingga minggu-minggu berikutnya berlalu. Yang kudapati lebih ke arah kereta dan isu sipil geoteknik. Perihal bahasa pun menjadi kendala karena itu adalah bagian daripada jembatan.

Maka, kuputuskan untuk lebih giat menggali profesor dengan sendirinya melalui website resmi kampus. Disana kutemukan seorang profesor muda alumni Universitas Itali, Milano, dengan segala latar teknik sipil dan arsitekturnya yang mana rsietnya menarik mata ku untuk lebih dalam mencari tau tentang keberadaan dirinya.

Masuklah beliau dengan segala peminatannya memotivasi diriku ini. Katanya dia menyukai arsitektur juga. Dia seperti diriku, baknya seorang desainer yang justru nyasar menjadi dokter. Bedanya dia tenggelam menjadi dokter bangunan alias lari ke ranah SHM (Structural Health Monitoring). Wah, inilah yang tepat, jadi aku tak hanya menggeluti ilmu yang patutnya linier dengan background pendidikan ku, tapi juga bisa sambil menikmati peminatanku. Nyatanya yang terpenting adalah bagaimana kita menikmati sebuah proses dari belajar, bukanlah hasil dari belajar, tapi proses, proses dan barulah hasil.

Terlebih, fokus penelitiannya akan mengarah ke bangunan bersejarah untuk dipreservasi. Tantangannya, ini masih menjadi hal yang amat baru, karena layaknya uang berbicara, sifat dari bangunan bersejarah bukanlah diperuntukkan untuk komersil. Untungnya pemerintah disini memperhatikan masalah budaya tersebut, jadi penelitian ini menjadi hal yang cukup menarik untuk kulirik karena data lapangannya sangat diperjuangkan belakangan ini.

Bismillah..

**Sedikit berbagi tentang bagaimana caranya mengontak calon supervisor secara umum:
- Buka website kampus, lebih spesifiknya departemen dan jika tersedia jurusan/konsentrasi.
- Disana ada bagian menu staff/faculty/teacher/research, tergantung dari pengistilahan yang mana si kampus pakai.
- Disana coba buka setiap profil calon supervisor yang ada, biasanya yang bertitel associate professor atau profesor lebih utamanya.
- Peroleh informasi mengenai research field, jurnal-jurnal dan proyek-proyek yang mana si prof terlibat. Dari sana buka mbah google untuk peroleh latar akademisnya lebih lanjut.
- Jika sudah klop dengan bidangnya, bisa langsung menghubungi via email/kontak yang telah diberikanya.
- Untuk kasusku, karena aku sudah berada di kampus, maka langsung kusandangi kantornya, jika tidak memungkinkan, melalui email pun sudah cukup.
- Jangan lupa sertakan salam, pengenalan diri, peminatan riset dan kata-kata kesediaan agar beliau mau berbincang dengan kita lebih lanjut.

Read more…