Wednesday, March 24, 2010

Drama Saudagar Batu

Ini drama kelompok bahasa indonesia saya.
XI IPA 1 , SMAN 103 Jakarta

Pemain
Taro : Nuel
Tari : Dwi
Ayah : Prabu
Anak SMP : dp
Amel : mirah
Ilma : citra
nenek : nurul H
punker : yoga
Titan : Icha
pengusaha : ebeth

Saudagar Batu
Tersebutlah di sebuah desa, seorang pemuda bernama Taro. Pemuda itu hidup bersama adiknya Tari. Orang tuanya sudah tidak ada . Ia tinggal di dekat bangunan yang tak terpakai. Mulai dari memungut plastik, kertas, atau pun barang bekas lainnya, kedua anak ini mencari nafkah.
Taro : Aduh, itu ada sampah plastik. Dik, kamu ambil yang sebelah sana ya, kakak ambil yang sebelah
sini.
Tari : Iya deh kak ( sambil mengais-ngais tong sampah).
Ih kak, ini tong sampah terbau yang pernah aku temuin kak, tapi di sini ada plastik bekas lumayan banyak. Kayaknya tong sampah ini lebih cocok sama kakak.
Taro : Kamu kadang- kadang keterlaluan dek, setiap kamu temuin tong sampah yang ga terlalu
bagus, pasti kamu nyuruh kakak dan bilang kalo tong sampahnya tuh
lebih cocok sama kakak. Aduh.....
Tari : Habis kak, apakah nanti kita akan menekuni profesi ini sampai seumur hidup? Aduh, andai saja
Emas 24 karat jatuh dari langit. Mungkin kita ga akan seperti ini.
Taro : Aduh dik, kamu mulai mimpi lagi . Tapi ada benarnya juga ya, kapan ya kita bisa punya rumah
sendiri, mobil sendiri, atau punya toko plastik sendiri.( Merenung)
Tari : ya sudah yuk kak, kita istirahat dulu di sana. Lelah nih rasanya.
Taro : ya sudah ayo.

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk istirahat sejenak, di pinggir jalan. Tiba-tiba karena kelelahan , Taro tertidur lelap.
Taro : (menguap)
Tari : Kak, kak. Kakak tidur ya... Hmmm... Ya sudahlah biarkan saja, mungkin dia butuh tidur siang.
Di mimpi Taro melihat Ayahnya menghampirinya.
Taro : Lah, itu kaya ayah. Ya ampun, itu beneran ayah. Ayah.... Ayah....
Ayah : (Memeluknya). Ya nak, bagaimana kehidupanmu.
Taro : Ayah, sejak ayah dan ibu meninggalkan aku dan Tari sendirian. Kita jadi sebatang kara dan
kesulitan yah. Sekarang kita jadi melanjutkan profesi ayah.
Ayah : Tenang saja nak. Jika kamu sering berbuat baik dan suka bekerja keras, ayah yakin kamu bisa
merubah nasibmu itu nak. Pesan ayah, kamu bawa barang yang sekiranya terlihat berguna.(pergi meninggalkan Taro)
Taro : Ayah, jangan pergi. (mengejar, sampai tiba-tiba ia tersandung batu dan terjatuh)
Bangun dari mimpi.
Tari : Woi kak. Kenap sih tiba-tiba terbangun sambil melompat begitu.
Taro : Ya ampun, tenayat hanya mimpi.
Tari : O iya, itu ada Anak muda yang mau beli plastik bekasnya, katanya untuk prakarya.
Anak muda : permisi, aku mau beli gelas plastik ini untuk prakarya ga apa-apa kan.
Taro : O iya, ini ..
Anak muda : (merogoh kantongnya) Wah, uangku kemana, ya ampun, aku baru ingat. Tadi aku sudah
pakai untuk beli lem.
Tari : Ya sudah, ambil saja uangnya dulu ya.
Anak muda : Waduh, rumah ku cukup jauh.
Taro : (teringat kata-kata ayahnya di mimpi) . Ya sudah, ini untukmu saja, ga usah di bayar.
Kapan-kapan saja kalau ketemu.
Anak muda : Makasih ya, aku janji kalau ketemu kalian lagi pasti ku kasih. Kalian baik sekali.
Anak Muda itu pun pergi sambil membawa plastik bekas itu.
Tari : Kok kakak bisa ngasih sambil gratis botol plastik itu. Padahal kakak kan ngambilnya sampai
muntah-muntah.
Taro : Kasihan dia, lagian kakak tadi baru saja bermimpi tentang ayah. ( menceritkan mimpi)
Tari : Wah, emang apa yang kakak bakal temukan.
Taro : ( Berjalan ke luar dan terjatuh). Aduh, lagi-lagi tersandung kaya di mimpi. Hah, kesandung batu yang terlihat putih mengkilau.

Taro pun berpikir apakah, dengan batu putih itu dia bisa bahagia bersama adiknya.
Dia pun menyimpan dan melihat-lihat batu itu sambil melanjutkan perjalanan mengais sampah
Plastik.
Taro : Apa benar ini bisa buat kita bahagia. Ini tapi kelihatan seperti batu kolam sungai.
Tari : Mungkin saja, makanya kak simpan saja.

Tidak lama kemudian, seorang gadis perempuan bersama temannya melihat batu putih itu. Dia pun
berlari menuju taro dan adiknya.
Ilma : Hei hei , kalian tunggu aku. ( berlari menuju Taro)
Taro : Hah, kenapa, kalian memanggil kami.
Amel : Tunggu dong ilma. Kamu ngapain sih.
Ilma : Batu itu, aku kan sedang mengoleksi batu-batu, batu yang itu aku belum punya. Aku harus
Punya. Siapa nama kalian ?

Taro dan Tari memperkanalkan diri mereka.
Amel : Maaf ya, aku amel dan ini sahabatku Ilma, (membisik, dia memang sedikit hyperaktif dan memaksa) tolong, kamu kasih saja yang benar-dia inginkan.
Ilma : Apa yang kamu sedang bicarakan Amel? Awas, kalau berbisik jangan keras-keras, aku nanti dengar lo...
Amel : (Berteriak) Meskipun begitu, dia adalah sahabat terbaik ku sepanjang masa.
Tari : Sudahlah kak kasih saja, kan kakak harus berbuat baik.
Taro : Hmmm.... tapi kan ini ada di mimpi kakak.
Ilma : Pokoknya aku mau batu itu, tolong-tolong.
Taro : Ya sudah deh, ini untukmu.
Ilma : Hore..... Makasih Taro sayang, makasih Tari sayang . Sudah ayo Amel kita pergi.
Amel : Ini Taro, aku hanya bisa kasih 3 buah jeruk ini sebagai ungkapan terimakasih aku dan sahabatku.
Ilma : Cepetan Amel... Aku mau segera taruh batu ini.
Amel : Iya, iya aku datang kawan...
Taro : (Berteriak) Makasih ya....
Tari : Wah, ternyata 1 batu kali putih itu bisa jadi 3 buah jeruk lo kak. Mungkin mimpi kakak benar.


Hari beranjak siang. Sinar matahari benar-benar terasa menyengat. Di pejalanan kemudian Taro dan
Tari bertemu dengan seorang nenek-nenek.
Nenek : Maaf, anakku, adakah mata air sumur di sekitar sini?
Taro : Oh, ada bu, di ujung sana. Tapi cukup jauh sekali bu. Kalau ibu haus, ambil saja buah jeruk ini.
Nenek : Benarkah, tapi bagaiman dengan kalian?
Tari : kami sudah punya kok bu 2 lagi. Ibu ambil saja jeruk ini.
Perempuan yang kelelahan itu segera memakan buah jeruk itu. Wajah nya yang lelah kini berubah
jadi segar.
Nenek : Makasih ya anak muda, berkat jeruk jeruk dari kamu, nenek sudah segar kembali dan bisa melanjutkan perjalanan nenek. Sebagai ungkapan terimakasih nenek akan berikan kain tenun obat ini.
Taro dan Tari : Terimakasih ya nek.

Di perjalanan mengais sampah, perjalanan mereka terganggu oleh seorang preman yang terluka
bersama kakaknya.
Punker : Aduh-aduh, kaki gue sakit banget nih. Tolong dong.
Titan : Aduh gimana ya... Lo si ada ada aja, masa preman luka bukan gara-gara berantem, tapi gara-gara di gigit anjing. Kan bahaya, kalo seandainya anjing itu rabies gimana.
Punker : Lo jangan nakutin gue dong, bantuin. Gila, rasanya gue pengen pingsan.
Punker pun pingsan , Taro dan Tari menghampiri mereka karena berusaha ingin menolong.
Taro : Mbak, kakinya berdarah. Kita harus tolong dia. Tari, coba kamu ambil daun itu.
Tari : Ga usah kak, gimana kalo kita kasih kain tenun obat yang di kasih nenek tadi kak.
Titan : Ya ampun gimana nih. Aduh, insaf deh gue jadi preman lagi.

Taro pun melapisi luka punker dengan kain tenun obat dari nenek. Tidak lama kemudian punker
kembali pulih. Di menceritkan kejadian nya.
Punker : Kita punya kucing yang selalu kita bawa. Bulunya bagus.
Titan : Kucing ini kita temukan di depan rumah mewah seminggu yang lalu , kelihatanya dia kesasar. Karena, kasihan kita bawa aja.
Punker : Habis itu kita lewat kandang anjing dan tiba-tiba di kejar, karena mau ngelindungin si titan sama kucing payah itu, jadi gue yang kena gigitan nya yang sakit banget.
Titan : Ngomong-ngomong, karena kalian sudah ngebantu kita. Kita mau kasih kucing ini buat kalian. Terima saja ya.
Tari : O ya sudah, aku juga suka kucing kok.

Mereka pergi meninggalkan kedua preman tersebut. Di perjalanan , mereka bertemu seseorang
yang mungkin akan mengakhiri perjalanan lelah mereka.
Taro : Dik, kamu ngerasa tidak, kalo hari ini kita bertemu orang-orang yang agak aneh, berawal dari batu putih itu.
Tari : yah kak, ga apa apa lah, namanya juga membantu orang. Ya kan pus.
Pengusaha : Miaw, apakah itu kamu, ( berlari menghampiri Taro dan Tari) . Akhirnya selama 1 minggu kami semua mencari mu, akhirnya ketemu juga. Anakakku sudah menangis nangis karena kehilangan kamu. Ya ampun terimakasih. Kalian telah menemukan kucingku yang berharga ini.
Taro : Oh jadi itu punya anda tuan. Ya tidak masalah , sama-sama.
Pengusaha : Nama kalian siapa ?

Taro dan Tari memperkenalkan diri mereka.
Pengusaha : Taro, Tari, sebagai ungkapan terimakasihku kepada kalian, akan ku berikan salah satu
usahaku yaitu toko plastik ku di jalan sana. Ini kartu nama ku, malam ini kalian harus
datang untuk makan malam dan membicarakan masalah bisnis kita.

Taro dan Tari melompat kesenangan. Dan beberapa bulan kemudian, mereka sudah bisa merasakan
indahnya buah kebaikan mereka.
Hingga mereka sadar kalau mereka harus terus berbuat baik kepada semua orang yang
membutuhkan.

0 comments:

Post a Comment