Oleh : Annisa
Dewanti Putri (Teknik Sipil UNJ 2011)
Pernahkah terbayang kota Chernobyl yang telah menjadi kota mati di Ukraina
utara. Kota yang ditinggalkan penghuninya karena ledakan nuklir sejak tahun 1986. Bertahun-tahun banyak orang
yang bertanya-tanya sebab terjadinya. Tertera dua teori yang memungkinkan,
apakah karena human error yang
terjadi akibat uji coba perang dingin atau karena serangan udara Amerika.
Sejumlah keraguan ini membuahkan teori-teori baru
yang bisa berupa konspirasi atau sebagian orang menyebutnya dengan teori
persekongkolan atau teori membingungkan. Membingungkan karena banyak
kemungkinan-kemungkinan yag bisa terjadi dalam suatu masalah atau kejadian.
Sebuah kebingungan antara percaya atau bersifat skeptis.
Berbicara soal konspirasi, menurut Jamie King,
seorang penulis buku mengenai hal ini, keyakinan akan teori konspirasi adalah
sebuah keyakinan yang menegaskan bahwa berbagai peristiwa di dunia tengah
digerakkan secara rahasia oleh sekelompok dalang dibalik layar yang sangat
kuat. Gerakan-gerakan seperti yang sebagian orang menyebutnya sebagai New world Order, propaganda Disinformation CIA, Depopulation Program (Program
pengurangan populasi penduduk dunia) dan
lainya. Semua hal tersebut masih berupa dugaan, namun tidak menutup kemungkinan
kalau beberapa teori konspirasi sudah di uji kebenaranya dan sudah beralih
menjadi fakta.
Secara sederhana, teori konspirasi bisa diibaratkan
sebagai isu atau gosip, yang mana seseorang
tidak perlu mempercayainya, namun bisa meningkatkan tingkat
kewaspadaan. Contohnya dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu ketika di kampus
hendak menghadapi ujian berupa essay, seorang teman mendapatkan isu. Isu
itu mengatakan bahwa dalam menjawab soal Bapak X agar mendapat nilai A perlu
menambahkan gambar sederhana pada salah satu jawaban. Informasi/isu dari orang
ini bisa saja benar, namun belum tentu. Bisa saja Bapak X memberikan nilai A
karena jawaban kata-kata yang memang tepat. Semua ini tentu bisa dibuktikan.
Buku berjudul “Codex” karya Rizky Ridyasmara juga
banyak memaparkan teori konspirasi. Beberapa diantaranya memaparkan tentang
hal-hal yang berbahaya yang terkandung dalam makanan cepat saji. Hal ini bisa
meningkatkan tingkat kewaspadaan manusia, namun terlalu percaya dan berlebihan
juga bisa menimbulkan paranoia[1].
Konspirasi, Skeptis atau percaya?

Para konspirator yang sengaja menyebar
konspirasi-konspirasi buruk juga mempengaruhi cepatnya konspirasi itu terdengar
di telinga orang-orang. Konspirator-konspirator ini bisa menjadi orang yang
sengaja menciptakan teori belaka dengan motif
politik, ekonomi, atau pribadi. Terkadang, ketika masyarakat tidak puas
menerima kenyataan yang ada, mereka cenderung mencari alasan lain akan suatu
kejadian tersebut.
Selain itu penyebar juga bisa merupakan orang yang
terlalu percaya terhadap konspirasi. Sehingga mereka mempengaruhi orang lain
untuk percaya dan ikut menyebarkan dalam misi menguak kebenaran. Padahal, belum
ada fakta dan penelitian yang mendukung hal tersebut. Orang-orang skeptis tentu
tidak akan dengan mudah menerima teori-teori yang ada, karena kebenaran yang
pasti adalah yang diverifikasi terlebih dahulu.
“Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu,” itulah
yang dikatakan Jujun Suriasumantri. Hal yang meragukan, banyak memancing
manusia untuk mengadakan penelitian mencari tahu lebih lanjut terkait hal
tersebut. Pembuktian akan kebenaran memang diperlukan agar tidak timbul
keraguan. Keraguan yang bisa membuat kita percaya atau waspada.
[1] Paranoia adalah proses pikiran yang terganggu yang cirinya adalah berupa
kecemasan atau ketakutan yang berlebihan
0 comments:
Post a Comment