Rindu.
Suatu saat rindu muncul tanpa sebab. Ia membayangkannya, tak pernah bertemu tapi demi menghapus rindu. Imaji hanyalah obat rindu baginya. Sementara Dia terlalu lelah berimajinasi, hingga tak pernah menyerah merangkai kata. Puisi menjadi penawar bagi luka rindunya.
Tanpa mengenal sosok itu, Seolah setiap bagian dirinya selalu terbayangkan. Tak terkecuali sebuah goresan kecil di tangannya. Padahal Ia Tak pernah ia melihat goresan kecil itu. Hanya bayang dan imaji belaka yang menuntutnya melihat itu. Tak terkecuali mata berbinar yang dimiliki si 'dia.' Selalu menyorot tajam tak membekas.
Ia dan dia memang tak pernah bertemu. Tapi ia kenal betul siapa dia disana. Penampakan itu tak pernah hilang, seolah nyata setiap kala ia merindukannya. Ia selalu memikirkan dan membayangkan dia yang dirindu.
Sementara Dia menulis puisi untuknya:
Kepada Rindu,
Rindu yang selalu menjadi jembatan,
juga terowongan antara ia dan dia.
Tanpa rindu, jumpa tak pernah hadir.
Hanyalah mitos dan impian belaka.
Jumpa dan waktu yang terus bergulir,
Kepada Rindu Ia bertemu,
untuk Rindu Dia merasa pilu,
memikirkan sebuah hati yang tak pernah satu.
Jiwapun juga begitu.
Itulah Rindu yang Tak pernah bertemu.
Tertanda rindu,
Ia dan Dia
Itulah Rindu yang Tak Pernah Berjumpa, namun selama raga tetap ada. Biarkan Ia dan Dia berimaji, menulis puisi hingga bertemu Rindu yang tak pernah bertemu.
Jakarta, 19 April 2015
Aiiiiiihhh Dewaaan deeehhh...
ReplyDeleteaiih gia :D
Deletemaap ya seadanya jadinya aku
ciyee dewan sekarang :D
ReplyDeletehaha, ini somplak mas dicky :D
DeleteDia dan Ia itu siapa mbak, :D. Misterius sekali hehehee
ReplyDeletehehe, ia adalah orang yang selalu rindu dengan seseorang lewat imajinasi dan kenangan nya. Sementara dia, adalah orang yang rindu dengan seseorang melalui kata-kata dan puisinya. Ya bisa diartikan dari tulisan begitu mas. terimakasih sudah mampir
Delete