Senja di kanal Banjir Timur. Sumber: Penulis 2018 |
Jalan di samping Kanal atau yang lebih familiar disebut orang sebagai BKT kala itu begitu ramai. Tak hanya oleh motor dan hiruk pikuk manusia yang senang membeli jajanan kecil penuh warna, namun juga ramai oleh senja yang hendak nampak.
Sebelum matahari mengucap salam pergi, aku bergegas menyelesaikan garis tak beraturan bersama warna ala kadarnya itu. Sebelumnya Bapak kerang telah menyajikan pesanan kerang dan kepiting yang begitu menyentil lidah. Bapak kerang begitu penasaran dan seolah selalu melihat apa yang kulakukan, sampai ia pun mengira aku hanya membuat catatan pelangganya dan orang2 yang berlalu lalang di buku perkakasku.
Sebegitu penasaranya hingga ia mengintip, dan terkejut ketika kuselesai dan mengambil potret kilasnya. Tak lama, bapak kerang mengucap lewat kata “wah bagus juga warnanya, boleh ya buat saya ditaruh tempel di gerobak,”
Tanpa pikir panjang ku iyakan dan turuti permintaan Bapak kerang. Yang kubayangkan, boleh juga jika goresanku itu sesekali jadi saksi bisu antara senjanya langit Jakarta di setiap harinya, lewat masyarakat, jalan kota, iapun bisa melihat tapi jadi punya cerita.
Ini soal kota Rumah Kita dan kisah dibalik sketsa.
Tempat dan Waktu: Kanal banjir timur, jakarta, 16/2/18.
Media: Kertas canson, 0.3 mm archival ink+portable wc.
0 comments:
Post a Comment