Ketiadaan yang dipertanyakan oleh keberadaan. Ilustrasi: Dewan, 2019 |
Ada kala
keberadaan dibutuhkan, menjadi impian, sementara ketiadaan suatu kali datang dan
menjadi idola dibalik keberadaan. Yang aku bicarakan adalah abstrak, namun bisa
benar adanya. Sesuatu yang dahulu dianggap, menjadi sebuah keberadaan yang
berarti. Namun, ruang dan waktu berkata ketiadaan lebih bermakna sementara keberadaan
menjadi tidak berarti.
Eksistensi
dihargai, keberadaan seseorang dianggap, saat itu Nampak seolah bahagia menjadi
bagian dari celah keberadaan.
Suatu hari,
nyatanya keberadaan itu fana. Ketiadaan menjadi lebih dihargai dan disenangi.
Ia telah berubah menjadi sesuatu yang lebih baik tak ada. Yang tak ada terlihat
baginya lebih bermakna. Entah kenapa, tapi memang aneh adanya.
Pun, batu,
pasir, kerikil tak pernah dipermasalahkan keberadaanya. Sementara angina yang
tiada menjadi masalah baginya. Kali ini mungkin ketiadaan menjadi jawaban akan
keberadaan yang sudah mengganggu.
Ketiadaan
kali ini lebih disenangi dibandingkan dengan keberadaan. Begitulah yang Nampak seolah
sekarang maya. Mungkin, di kala tertentu, ketiadaan adalah jawaban kenyamanan
disamping keberadaan yang meresahkan. Ini hanya terjadi jika nyatanya ketiadaan
lebih dihargai disbanding keberadaan. Entahlah.
Apa hal
ngawur yang kubicarakan dalam tulisan ini, tidak ada tentunya, ya, karena saat
ini ketiadaan lah yang menang melawan keberadaan. Hanyalah perspektif yang barangkali bisa dilihat di lain sisi.
Terimakasih.
Terimakasih.
Sekian Esai Pendek Ngawur
0 comments:
Post a Comment