"Memang terkadang situasi bisa nampak hitam putih, tapi bagaimana kalau coba ditambahkan sedikit warna-warni, sehingga yang lain menyadari bahwa apapun warnanya pun juga tetap berarti," dalam warna-warni.
Tak lain dan tak bukan karena tahun 2020, sebuah tahun dengan pesona Pandemi COVID19 yang mana imbasnya juga dirasakan oleh pelajar dan pekerja lain di belahan dunia lain juga. Betapa nikmatnya kalau di pikir, kuliah atau kerja daring membuat kita bisa melakukan hal lain secara bersamaan juga dari kejauhan. Terkadang yang buruknya sekalipun (Sambil bermain game). Namun tak apa, itulah Guilty Pleasure yang bisa kita lakukan sementara berusaha produktif di kala ketikdapastian situasi dunia seperti ini.
Ambil kisah sedikit pelambiasan dari Sobku yang bernama Elke Devinna yang selanjtunya berinisial LK, pada semester ini sepenuhnya menjalani kuliah daring. LK ini telah menjadi watermark tak resminya dalam karya di Canvasnya. Mencoba mengingat bahwa jangan lupakan identitas pembuat melalui watermark ketika selesai berkarya. Kali ini, tulisanku sedikit santai, ingin menelisik sedikit warna yang berhasil dihabiskan LK dalam setiap keisengan coretan dalam hidupnya. Haha, entah ini hanya guyonan atau pujian tapi boleh jadi benar, karena ya, sebagai seorang sketcher amatir, aku akui juga kalau karya nya memang berwarna. Inilah yang beberapa diantara kala Pandemi ia tunjukkan.
Sebut saja Nemo, kawannya Dory. |
Dia lambaikan tangan-tanganya itu selagi menggores setiap detail yang terjadi pada kertasnya. Ini si Ikan Nemo yang LK ambil contohnya dari semacam buku mewarnai yang sempat dia pakai untuk belajar. Ya, LK memang pernah les mewarnai katanya, artinya jiwa mencampur warna dan gradiennya bisa dibilang cukup sensitif.
Rubah mozilla forefox |
daun apa ya, belum sempat tanya LK |
Koalademit. |
Ada satu hal baru yang kupelajari dari LK, yaitu ia ternyata menyimpan banyak bakat terpendam di hemisfer kanannya. Sebelumnya, aku memang sudah memperkirakan hal ini dari gaya desainya pada pekerjaan lain. Dari cara LK menimbang suatu estetika dan pernah sebenarnya mendapatinya menggambar di Buku sketsaku ketika di GUBEI, gambarnya pun aku posting di tulisan tetntang perjalanan di GUBEI. Tapi aku belum banyak menyadari bahwa ternyata memang dunia seninya sebegitu mendalamnya. Mungkin selama ini sedikit terpoles oleh kegiatan akademis yang lebih banyak melibatkan hemisfer kirinya untuk mendominasi.
Tak heran, akupun juga mengalami hal itu. Sebagai anak Teknik yang bergelut dengan angka, rasanya dunia seni dan musik menjadikanku tempat melampuaskan dari kejenuhan aktivitas otak kiriku yang dipenuhi oleh formalitas keilmuan semata. Ini bukan hanya terjadi pada kita, bahkan Albert Einstein yang terlihat didominasi oleh Sains, mempunyai pelampiasan kuat di bidang musik, Einstein sangat lihai bermain biola yang tak hanya sekedar membaca partitur belaka.
Dewan, 2 Juni 2020,
Saat menjelang New Normal Pandemi
0 comments:
Post a Comment