Thursday, February 18, 2021

Segores Tradisi dan Kekinian sentuhan Arsitektur Bali

 

Sketsa Digital Legian, Bali. Oleh: Penulis 2021

Bali, sebuah tempat yang identik jika memperkenalkan Indonesia dan menjadi trendmark antar benua. Pariwisata budaya, sebuah positioning untuk pengembangan. Undang-undang yang berlaku untuk pelaksanaan dengan pemerintah. Kabupaten Badung, dibangunlah Bandara Igusti Ngurahrai sebagai bentuk jawaban untuk arsitektur Bali, desain ini kurang lebih juga setipikal dengan desain bandara Internasional lain termasuk Bandara Internasional Soekarno Hatta.

Ada sebuah ungkapan pengetahuan antara arsitektur Bali yang mengangkat salah satunya Asta Kosala Kosali berupa keharmonisan kepada alam dan budaya lokal melingkupi kenyamanan dalam berkegiatan bahkan keamanan dalam melakukan kegiatan disana.

Arsitektur Bali cenderung menyentuh konsep dasar dari sustainable construction dan eco materials. Dalam Asta Kosala Kosali juga ada penjelasan bahwa bangunan berlantai dua di bali yaitu Jineng, ataupun Gelebeg berfunsgi sebagai penyimpanan hasil Bumi.

Kedua konsep Asta Kosala-Kosali maupun Asta Bhumi meruapakan bagian dari aturan yang berkaitan dengan filosofi, etika, tata laku dan sang arsitek (Undagi). Ini adalah sebuah karakteristik yang diselipkan dalam sentuhan bangunan dan arsitek tradisional Bali. Terkhusus Asta Bhumi, pemilihan lokasi untuk pariwisata dan tempat tinggal bisa menjadi pertimbangan yang menyatu dengan alam.

Arsitektur modernnya pun tidak kalah dalam mendominasi desain yang adad dengan tidak melupakan sentuhan seni lokal dan budaya pesona Bali. Gaya desain dengan diselingi nuansa tropical dan natural, tetap dengan material berteknologi dan modern, bangunan yang tidak didominasi oleh bangunan High Rise atau berlantai tinggi, tetap menjadi langgam desain kearah horizontal yang nyaman.

Beberapa karya dan desain diantaranya juga menerapkan principal arsitektur bergaya bebas. Semua ini dikombinasikan atau pun diadopsi dari gaya yang ada di dunia baik yang dalam negeri maupun mancanegara. Hal ini pun pernah dituturkan oleh Pak Putu Edy Semara, seorang arsitek Bali. Hal ini banyak ditemukan agar terjadi penyesuaian dalam penggunaan desain untuk sector pariwisata dan untuk mendukung daya nyaman dalam hospitality yang mana Warga Asing menjadi target.

Tentunya, ruang tradisional di Indonesia bisa menjadi warna dalam setiap gaya yang dimiliki langgam arsitektur tradisional lokal dan dunia. Kombinasi dari berbagai gaya dan pendeketan akan menjadi keunikan dari setiap sentuhan gores yang ada dalam setiap desainnya.

0 comments:

Post a Comment